Keluar Zona Monoton

Realita kehidupan perkuliahan di kampusku bisa dikatakan enggak mudah, apalagi bagi orang-orang yang sebelumnya tidak mengenal kedisiplinan ataupun kerja keras. Sebagian orang bilang kuliah di POLBAN itu semacam dididik menjadi robot, kuliah tujuh-tujuh belas yang mulai kuliah pukul tujuh pagi dan selesai pukul tujuh belas di sore hari. Belum ditambah waktu perjalanan pergi dan pulang, belum ditambah waktu pengerjaan tugas diluar kelas, belum lagi ditambah waktu untuk kegiatan berorganisasi, yang sebenarnya lebih sering dijadikan media untuk cuci mata atau sekedar tebar pesona. Walaupun begitu sebagian orang lainnya percaya bahwa kami nantinya menjadi lulusan yang berkompeten dalam bidang masing-masing, juga tahan banting mengingat kami sudah cukup kenyang praktik dan proyek selama kuliah. Semuanya dipraktikan yaa namanya juga ilmu terapan yang harus diterapkan, logis. Dari mulai praktik pengetikan, cara menerima telepon, simulasi rapat bisnis, riset, hingga proyek bisnis yang benar-benar terjun langsung ke lapangan lalu harus dipresentasikan tiap akhir semester dan kemudian disebut "big day". Capek pasti, tapi setidaknya inilah yang membedakan kami mahasiwa politeknik dengan kebanyakan mahasiswa lain yang kuliah di universitas. Kebanyakan kami lebih mudah mendapatkan pekerjaan ketika lulus, karena sudah tahu praktik dilapangan terlebih dahulu saat kuliah. Rutinitas yang melelahkan ini sebenarnya memuakkan untukku yang saat itu masih semester lima, rasanya monoton dan membosankan.

Semuanya berawal lima bulan lalu ketika hari masih panas-panasnya, ketika kuliah masih bosan-bosannya, ketika hati masih sepi-sepinya, ketika mimpi masih redup-redupnya, ketika aku masih labil-labilnya. Sebenarnya sekarang juga masih labil, tapi mungkin sudah jauh lebih stabil (labilnya). Hari itu seorang pemilik toko kopi yang nama tokonya memang benar Toko Kopi, mengirimku pesan untuk mampir ke tokonya. Tawaran yang menarik walaupun sebenarnya aku bukan peminum kopi macam begitu. Yang aku tau hanyalah kopi instan atau kopi kalengan, kopi botolan, kopi kotakan, pokoknya aku tidak pernah meminum atau bahkan tertarik mencoba sekalipun kopi pahit itu. Tapi kupikir tawarannya boleh juga untuk bertemu orang baru dan keluar dari zona serba monoton dalam kampus. Akhirnya aku datang kesana bertemu Aska, Dimas, Robby, Bos Yana dan Ibu Butet, lingkungan baru yang menyenangkan juga bikin betah. Pertama kali kesana aku sudah suka suasanya, serba vintage, hangat dengan pencahayaan redup, menggugah rasa kupikir. Disana aku dicekoki kopi, satu hingga dua teguk sesudah makan, coba kopi biji ini dan itu, sampai akhirnya suka juga. Bahkan sekarang minum dari mulai es kopi sampai kopi tubruk, semuanya jadi masuk-masuk saja di lidah.

Di Toko Kopi aku dapet cukup banyak pelajaran dari mulai pertemanan sampai perbisnisan, tapi diatas semua itu aku dapet rasa kebersamaan. Aku yang dari dulu underestimate sama dunia nongkrong tuh jadi kemakan omongan sendiri, karena nyatanya justru banyak hal yang bisa kita gali diluar rumah dan kampus. Walaupun tetap saja harus selektif pilih tongkrongan. Maklumlah selama SMA yang aku tahu tongkrongan itu cuman warung, si ini anak warung A, si itu anak warung B, dan seterusnya yang mungkin nongkrongnya hanya dipakai untuk ngomongin remeh-temeh sambil ngerokok dan minum teh gelas sampai kembung semalam suntuk. Ternyata enggak, nongkrong bisa jauh lebih berfaedah apalagi tempatnya itu positif dalam arti mempertemukan kita sama orang-orang yang positif juga. Aku bersyukur juga sih sekalinya dikasih kesempatan nongkrong, dipertemukan sama Toko Kopi yang buatku pribadi seperti rumah kedua dan disana bisa ketemu banyak orang yang mau belajar, punya mimpi dan seru diajak diskusi.

Toko Kopi jugalah yang menjadi tempat pertama kali aku ketemu sama komunitas yang bergerak dalam bidang literasi di Cimahi, yaitu Baca Buku (@_bacabuku) dan Ngampar Boekoe (@ngamparboekoe). Dua komunitas yang bergabung dan melakukan banyak kegiatan positif, seperti diskusi tentang isu yang berkembang dalam grup chatnya, mengamparkan buku di ruang publik untuk dibaca seluruh kalangan, hingga mengadakan acara apresiasi literasi. Disini aku jadi paham mengenai pembeda antara orang-orang yang suka membaca dan yang enggak itu adalah mereka jauh lebih kritis dan cerdas. Kritis disini tentunya lebih beralasan dan tidak asal-asalan. Maklumlah karena informasi yang mereka dapat bukan hanya digali dari berita di TV, instagram lambe turah maupun LINE today. Dan memang betul, diskusi diatas meja sambil ngopi menjadi lebih seru karena banyak anggota dari komunitas memiliki wawasan yang lebih pula. Hal ini selanjutnya sangat konstruktif untuk aku pribadi sebagai mahasiswa karena disini bisa lebih aware tentang isu yang sedang berkembang, mengetahui lebih banyak lagi prespektif, dan tentunya jadi lebih banyak teman.

Disini aku ngerasa punya ruang dan kesempatan untuk keluar dari zona monotonku dan ternyata itu bisa bikin aku jauh lebih berkembang. Ketika kita sudah muak dengan rutinitas, mungkin ada baiknya kita keluar zona nyaman kita dan mencoba hal-hal baru, bertemu teman baru, dan terus menggali potensi diri. Karena sejauh yang aku rasakan sekarang, pembuktian diri itu bukan hanya didapat di kampus saja, tapi juga bisa didapat dari tempat kita nongkrong. Juga jangan lagi underestimate sama orang-orang yang ngabisin waktu dan duitnya untuk nongkrong, karena bisa jadi obrolan di tongkrongan itu lebih inspiratif dan aplikatif dibanding scroll hp dan buka-tutup satu aplikasi ke aplikasi lain dirumah, atau bahkan cuman nugas, nugas, dan nugas. Karena pada akhirnya kita dituntut untuk menyelesaikan masalah di lapangan secara solutif, bukan hanya menyelesaikan pekerjaan rumah dari kampus. Jadi keluarlah dari zona monotonmu, jangan lupa main, dan berkembanglah!

Beranda Toko Kopi

Espresso

Grinder bersaudara

Aska pemilik Toko Kopi

Oiya buat yang penasaran ingin kesana juga, Toko Kopi ini lokasinya di Jl. SMP No. 8 (beberapa rumah dari SMPN 1 Cimahi). Kalau teman-teman tertarik untuk gabung sama komunitas baca buku dan ngampar boekoe juga bisa banget loh, tinggal hubungi admin yang ada di instagram dan masuk grup chatnya. Seeyou!

Sekian dan semoga bermanfaat!

Comments

  1. Sebuah tamparan keras untukku hehehe. Terima kasih, tulisannya sangat mengingatkanku tentang apa yang kulewatkan selama ini. Terlalu tenggelam dalam rutinitas. Should I try to join a community too? Hahaha

    Sebenernya gak tau mau kasih feedback apa. Tapi menurutku karena tulisan ini bikin aku mikir dan menyadari sesuatu, so you did it, Sar! Keep going on! Yuhuuu. Ringan tapi banyak yang bisa dipelajari.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts