Commove dan Luco
Hi I'm coming back!
Setelah beberapa tahun vacuum dari dunia modelling, akhirnya aku berkesempatan untuk kembali lagi terjun langsung ke dunia yang aku sukai ini. Berbeda dari sebelumnya, kali ini aku dipercayai menjadi junior assistant untuk creative director dalam satu agency di kota Bandung. Sebenarnya agency ini adalah agency yang sama dengan yang sebelumnya aku ikuti, walaupun kini konsepnya sudah berbeda. Commove dengan kak Susan didalamnya yang belajar dan terus belajar agar dapat lebih berkembang. Energi positif dan tekadnya yang kuat selalu berhasil membuat aku pribadi salut dengannya. Tipikal orang yang tidak mudah menyerah dalam menghadapi kehidupan. Hal ini jugalah yang membuat aku jauh lebih tertarik lagi untuk terlibat (kembali), walaupun sekarang sudah bukan lagi menjadi orang di depan layar. Banyaknya pekerjaan dalam Commove adalah alasan kak Cus biasa aku memanggilnya, merasa membutuhkan assistant untuk handle model-model yang bekerja bersamanya. Namun kendalanya adalah model tersebut adalah model interlokal alias bule alias yang tinggi mancung rupawan dan kebanyakan tidak bisa berbahasa Indonesia. Oleh karenanya memang gak mudah untuk kak Cus memilih assistant yang ia percaya. Singkat cerita, aku menjadi salah satu kandidat yang dianggap cukup kompeten untuk membantunya. Setelah dihubungi via chat, barulah aku bertemu kak Cus, dan memutuskan untuk setuju memenuhi posisi menyenangkan tersebut. Tada! now i learn how to be a creative director's junior assistant. Such a really fun things to do, things that i love!
Hari Minggu tanggal 28 Januari 2018 lalu aku mendapatkan mandat pertama untuk menjemput model dan mengantarnya ke salah satu hotel di Bandung. Ana dan Luco (@luccasdecapra), tampangnya tidak perlu diragukan lagi, luar biasa indah. Mungkin Tuhan memang menciptakan manusia indah untuk menjadi model, dan manusia lainnya diciptakan biasa saja untuk jadi manusia biasa pula, teori yang cukup beralasan. Pagi itu pukul 8, Luco sudah sampai di lokasi penjemputan. Waw, udah ganteng, on time, ramah pula, nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan? Pada awalnya aku canggung karena jujur saja untuk berkomunikasi dengan sebut saja bule bukanlah hal yang sering aku lakukan. Luco duduk diatas bangku kayu panjang, cahaya mentari pagi mengenai muka dengan jambang menakjubkannya, juga udara sepoi-sepoi yang meniup rambut kecoklatannya, aku dibuat takjub bahkan sebelum mulai menyapanya. Aku berjalan mendekati Luco, memberanikan diri untuk mulai menyapa juga memperkenalkan diri, lalu kami mengobrol, dan menit berikutnya sudah larut dalam cerita ngalor-ngidul tentang Bandung, Jakarta, Bali, Brasil, dan Italia. Berkomunikasi dengan bahasa inggris ternyata tidak seburuk yang aku bayangkan sebelumnya, juga les inggris dan belasan tahun belajar bahasa ini di kelas ternyata tidak sia-sia. Yes i did it! Menit-menit berlalu sampai dengan pertanyaan tentang bagaimana pendapat Luco terhadap orang Indonesia. Luco berpikir sejenak, mungkin delapan atau sepuluh detik, tidak begitu lama tapi cukup untuk aku memperhatikan lagi jambangnya, sampai dia menjawab
"Indonesia itu berbeda karena orangnya tetap tersenyum walau mungkin kehidupannya sulit secara finansial, aku rasa mereka ahli untuk memandang hidup secara positif. Bali contohnya, setiap orang sepertinya sangat menikmati hidup dengan berselancar, bermain gitar dibawah pohon kelapa sepanjang pantai dan lagi selalu tersenyum"
begitu menurutnya. Aku sebenernya cukup kegampar sama jawaban ini, mungkin karena dalam sudut pandangku kebanyakan dari kita hanya pandai berpura-pura tersenyum saja dan bukan berarti memang memandang hidup secara positif. Ironis. Walaupun sebenarnya jawaban Luco cukup beralasan apabila dibandingkan dengan negara asalnya, Brasil. Karena dengan kondisi ekonomi yang sulit pula, tingkat kriminalitas Brasil terutama daerah tempatnya tinggal, masih jauh lebih tinggi dibanding Indonesia. Ibunya bahkan merengek ingin hidup di Bali daripada menetap di Brasil karena menurutnya Indonesia lebih aman dan juga lebih indah. Tak heran, karena memang sejak kali pertamanya mengunjungi Bali, ia bertekad untuk terus berkunjung disetiap tahunnya. Tentang Indonesia yang relatif adem ayem, menurutku kita harusnya bisa lebih bersyukur sih, perlu diakui pula mental hidup susah kita ini luar biasa kuat. Kita bisa berbahagia walau hanya makan tahu dan tempe dan kangkung dan kerupuk bantet dan ikan asin saja. Kita bahkan bisa pula hidup harmonis dengan toleransi antar umat beragama, juga hidup damai-damai saja bertetangga dengan suku yang berbeda. Setelah dipikir-pikir, Luco benar juga. Tak berapa lama setelah itu, obrolan seru ini harus berakhir karena aku dan Luco harus menjemput Ana. Setelah itu, kami bertiga bergegas menuju hotel.
Sesampainya di hotel sarapan menyambut kami yang sudah kelaparan selama perjalanan, dalam sesi ini aku jadi pendengar setia saja. Ana yang ternyata tidak terlalu fasih berbahasa inggris dan berasal dari Brasil juga memutuskan untuk menjadi seorang nasionalis dan mengobrol bersama Luco tanpa menghiraukanku. Tenang, aku punya sepiring makanan hotel yang tentunya bukan tahu dan tempe dan kangkung dan kerupuk bantet dan ikan asin yang perlu dihabiskan, jadi tidak ada alasan bersedih hanya karena tidak diajak ngobrol dalam bahasa Portugis. Setelah makanan habis dan menunggu sekitar satu jam, kamar tempat mereka tinggal di Bandung siap dan kami bergegas meninggalkan area resto. Proses check-in beres dalam beberapa menit dan mereka bisa langsung menempati kamar tersebut. Mengetahui Ana dan Luco sudah mendapatkan kamar yang nyaman, tugasku hari itupun beres. Aku pamit dan pulang dengan membawa perut kenyang, pertemuan yang menyenangkan!
Hari itu sangat baik padaku, aku merasa berhasil membuktikan setidaknya pada diri sendiri bahwa inggrisku tidak terlalu memalukan, harus berani komunikasi langsung! Dan lagi aku mendapati kesempatan bertemu seorang model yang ternyata jauh dari kesombongan ataupun sok kegantengan. Luco inspired me as well gimana jadi profesional, ketika mungkin orang ganteng lain bisa seenaknya bertindak, dia sangat bertanggung jawab dan serius untuk mempersiapkan keperluan untuk pemotretannya di Bandung. Menjaga makanan bahkan saat sarapan. Membawa stelan lengkap berikut sepatu dan lainnya yang mungkin sebenarnya tidak perlu tapi tetap dia siapkan. Aku masih percaya bahwa cowok yang bertanggung jawab jauh lebih sexy daripada yang ganteng. Luco ini ganteng dan lagi sexy. Sayangnya, dia sudah punya pacar dan sayangnya lagi berencana menikah tahun ini dan sayangnya lagi aku tidak diundang.
Oiyaa, barangkali penasaran bagaimana kegantengannya. Luco ini menjadi salah satu model iklan Samsung A8+ 2018 terbaru, kalian bisa nonton di youtube sih iklannya disini https://www.youtube.com/watch?v=OF61EttjZq0
Semoga menginspirasi!
Setelah beberapa tahun vacuum dari dunia modelling, akhirnya aku berkesempatan untuk kembali lagi terjun langsung ke dunia yang aku sukai ini. Berbeda dari sebelumnya, kali ini aku dipercayai menjadi junior assistant untuk creative director dalam satu agency di kota Bandung. Sebenarnya agency ini adalah agency yang sama dengan yang sebelumnya aku ikuti, walaupun kini konsepnya sudah berbeda. Commove dengan kak Susan didalamnya yang belajar dan terus belajar agar dapat lebih berkembang. Energi positif dan tekadnya yang kuat selalu berhasil membuat aku pribadi salut dengannya. Tipikal orang yang tidak mudah menyerah dalam menghadapi kehidupan. Hal ini jugalah yang membuat aku jauh lebih tertarik lagi untuk terlibat (kembali), walaupun sekarang sudah bukan lagi menjadi orang di depan layar. Banyaknya pekerjaan dalam Commove adalah alasan kak Cus biasa aku memanggilnya, merasa membutuhkan assistant untuk handle model-model yang bekerja bersamanya. Namun kendalanya adalah model tersebut adalah model interlokal alias bule alias yang tinggi mancung rupawan dan kebanyakan tidak bisa berbahasa Indonesia. Oleh karenanya memang gak mudah untuk kak Cus memilih assistant yang ia percaya. Singkat cerita, aku menjadi salah satu kandidat yang dianggap cukup kompeten untuk membantunya. Setelah dihubungi via chat, barulah aku bertemu kak Cus, dan memutuskan untuk setuju memenuhi posisi menyenangkan tersebut. Tada! now i learn how to be a creative director's junior assistant. Such a really fun things to do, things that i love!
Hari Minggu tanggal 28 Januari 2018 lalu aku mendapatkan mandat pertama untuk menjemput model dan mengantarnya ke salah satu hotel di Bandung. Ana dan Luco (@luccasdecapra), tampangnya tidak perlu diragukan lagi, luar biasa indah. Mungkin Tuhan memang menciptakan manusia indah untuk menjadi model, dan manusia lainnya diciptakan biasa saja untuk jadi manusia biasa pula, teori yang cukup beralasan. Pagi itu pukul 8, Luco sudah sampai di lokasi penjemputan. Waw, udah ganteng, on time, ramah pula, nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan? Pada awalnya aku canggung karena jujur saja untuk berkomunikasi dengan sebut saja bule bukanlah hal yang sering aku lakukan. Luco duduk diatas bangku kayu panjang, cahaya mentari pagi mengenai muka dengan jambang menakjubkannya, juga udara sepoi-sepoi yang meniup rambut kecoklatannya, aku dibuat takjub bahkan sebelum mulai menyapanya. Aku berjalan mendekati Luco, memberanikan diri untuk mulai menyapa juga memperkenalkan diri, lalu kami mengobrol, dan menit berikutnya sudah larut dalam cerita ngalor-ngidul tentang Bandung, Jakarta, Bali, Brasil, dan Italia. Berkomunikasi dengan bahasa inggris ternyata tidak seburuk yang aku bayangkan sebelumnya, juga les inggris dan belasan tahun belajar bahasa ini di kelas ternyata tidak sia-sia. Yes i did it! Menit-menit berlalu sampai dengan pertanyaan tentang bagaimana pendapat Luco terhadap orang Indonesia. Luco berpikir sejenak, mungkin delapan atau sepuluh detik, tidak begitu lama tapi cukup untuk aku memperhatikan lagi jambangnya, sampai dia menjawab
"Indonesia itu berbeda karena orangnya tetap tersenyum walau mungkin kehidupannya sulit secara finansial, aku rasa mereka ahli untuk memandang hidup secara positif. Bali contohnya, setiap orang sepertinya sangat menikmati hidup dengan berselancar, bermain gitar dibawah pohon kelapa sepanjang pantai dan lagi selalu tersenyum"
begitu menurutnya. Aku sebenernya cukup kegampar sama jawaban ini, mungkin karena dalam sudut pandangku kebanyakan dari kita hanya pandai berpura-pura tersenyum saja dan bukan berarti memang memandang hidup secara positif. Ironis. Walaupun sebenarnya jawaban Luco cukup beralasan apabila dibandingkan dengan negara asalnya, Brasil. Karena dengan kondisi ekonomi yang sulit pula, tingkat kriminalitas Brasil terutama daerah tempatnya tinggal, masih jauh lebih tinggi dibanding Indonesia. Ibunya bahkan merengek ingin hidup di Bali daripada menetap di Brasil karena menurutnya Indonesia lebih aman dan juga lebih indah. Tak heran, karena memang sejak kali pertamanya mengunjungi Bali, ia bertekad untuk terus berkunjung disetiap tahunnya. Tentang Indonesia yang relatif adem ayem, menurutku kita harusnya bisa lebih bersyukur sih, perlu diakui pula mental hidup susah kita ini luar biasa kuat. Kita bisa berbahagia walau hanya makan tahu dan tempe dan kangkung dan kerupuk bantet dan ikan asin saja. Kita bahkan bisa pula hidup harmonis dengan toleransi antar umat beragama, juga hidup damai-damai saja bertetangga dengan suku yang berbeda. Setelah dipikir-pikir, Luco benar juga. Tak berapa lama setelah itu, obrolan seru ini harus berakhir karena aku dan Luco harus menjemput Ana. Setelah itu, kami bertiga bergegas menuju hotel.
Sesampainya di hotel sarapan menyambut kami yang sudah kelaparan selama perjalanan, dalam sesi ini aku jadi pendengar setia saja. Ana yang ternyata tidak terlalu fasih berbahasa inggris dan berasal dari Brasil juga memutuskan untuk menjadi seorang nasionalis dan mengobrol bersama Luco tanpa menghiraukanku. Tenang, aku punya sepiring makanan hotel yang tentunya bukan tahu dan tempe dan kangkung dan kerupuk bantet dan ikan asin yang perlu dihabiskan, jadi tidak ada alasan bersedih hanya karena tidak diajak ngobrol dalam bahasa Portugis. Setelah makanan habis dan menunggu sekitar satu jam, kamar tempat mereka tinggal di Bandung siap dan kami bergegas meninggalkan area resto. Proses check-in beres dalam beberapa menit dan mereka bisa langsung menempati kamar tersebut. Mengetahui Ana dan Luco sudah mendapatkan kamar yang nyaman, tugasku hari itupun beres. Aku pamit dan pulang dengan membawa perut kenyang, pertemuan yang menyenangkan!
Hari itu sangat baik padaku, aku merasa berhasil membuktikan setidaknya pada diri sendiri bahwa inggrisku tidak terlalu memalukan, harus berani komunikasi langsung! Dan lagi aku mendapati kesempatan bertemu seorang model yang ternyata jauh dari kesombongan ataupun sok kegantengan. Luco inspired me as well gimana jadi profesional, ketika mungkin orang ganteng lain bisa seenaknya bertindak, dia sangat bertanggung jawab dan serius untuk mempersiapkan keperluan untuk pemotretannya di Bandung. Menjaga makanan bahkan saat sarapan. Membawa stelan lengkap berikut sepatu dan lainnya yang mungkin sebenarnya tidak perlu tapi tetap dia siapkan. Aku masih percaya bahwa cowok yang bertanggung jawab jauh lebih sexy daripada yang ganteng. Luco ini ganteng dan lagi sexy. Sayangnya, dia sudah punya pacar dan sayangnya lagi berencana menikah tahun ini dan sayangnya lagi aku tidak diundang.
Oiyaa, barangkali penasaran bagaimana kegantengannya. Luco ini menjadi salah satu model iklan Samsung A8+ 2018 terbaru, kalian bisa nonton di youtube sih iklannya disini https://www.youtube.com/watch?v=OF61EttjZq0
Semoga menginspirasi!
Comments
Post a Comment