Memorable

Selamat malam

Minggu ini lagi-lagi dilalui dengan segala heboh, dari mulai tugas kuliah, organisasi dan lainnya. Tapi karena keinginan menulis masih ada, jadi apa boleh buat. Postingan kali ini akan membahas tentang himpunan yang aku ikuti dalam kampus. Namanya adalah Himpunan Mahasiswa Administrasi Niaga, atau lebih dikenal dengan sebutan HMAN. Identitasnya pakai warna oranye, katanya supaya ceria dan indah seperti senja.

Sabtu lalu diisi dengan acara MEMORABLE bersama HMAN. MEMORABLE ini adalah salah satu acara dari rangkaian regenerasi HMAN pada tahun 2017 ini. Acaranya seru sekali, karena mengundang alumni yang berbagi macam-macam cerita dan pengalaman mereka selama berhimpun ketika kuliah. Sebenarnya tidak hanya pengalaman saat kuliah saja, mereka juga berbagi pengalaman setelah mereka lulus kuliah hingga saat ini. Hari itu aku dipercaya oleh kawan-kawan untuk menjadi moderator acara tersebut bersama Sasa, Sabila teman sekelasku yang super bawel tapi baik dalam acara yang cukup menguras energi. Acara ini terbagi menjadi 3 sesi talkshow, yang membahas sejarah HMAN, sejarah 4 materi dasar HMAN dan juga sejarah AD/ART HMAN. Salah satu acara paling keren buatku pribadi, yang pernah dibuat dalam HMAN. Khususnya dibuat dalam kegiatan regenerasi HMAN!

Di dalam acara ini aku baru pertama kali mendengar langsung sejarah himpunan sendiri, dari angkatan yang paling pertama. Luar biasa, diperkenalkan dengan alumni-alumni hebat dengan gagasan yang tidak kalah hebatnya. Mengingat saat pertama kali dibentuk pada tahun 1993, HMAN ini hanya terdiri dari sedikit sekali anggota. Yang paling keren adalah, menjadi juara porseni kampus dari pertandingan bola, voli, basket dan lainnya dengan hanya 6 anggota laki-laki.

Ketua HMAN pertama adalah kang Heru pada 1993, beliau sekarang bekerja pada salah satu bank dengan karir yang baik. Pesan yang beliau sampaikan pada kami adik-adiknya adalah bahwa indeks prestasi yang sekarang mati-matian kami kejar selama berkuliah adalah sesuatu yang tidak terlalu berarti ketika kami lulus, apabila kami tidak memiliki kawan. Ketika lulus yang kami butuhkan adalah relasi, semua ilmu digunakan hanya sebagai pondasi, dan selebihnya adalah pembelajaran baru yang harus dipelajari lagi. Begitulah kang Heru, tetap rendah hati dan ramah pada adik-adiknya.

Kepengurusan HMAN tahun berikutnya pada 1994 diteruskan dengan adik kelas kang Heru, yang tidak kalah kerennya. Mereka adalah kang Agus dan kang Yogi atau lebih akrab dipanggil kang Igoy. Persahabatan mereka masih saja terasa hangat, bahkan buatku yang baru pertama kali bertemu. Aku sejujurnya kagum sekali dengan persahabatan mereka selama 23 tahun kebelakang, tetap saling menjaga dan mendukung hingga saat ini. Dari beliau-beliau ini aku sadar bahwa kebaikan dan ketulusan untuk bersahabat itu memang benar adanya, jauh dari saling egois bahkan saling meninggalkan. Benar saja, hal ini diamini kang Igoy yang berpesan bahwa makna dari berhimpun itu lebih dalam dari sekedar bertemu lalu berorganisasi. Tapi lebih dalam dari itu adalah bagaimana kita mengolah dan membangun rasa kita dengan orang lain. Ditambahkan dengan pesan dari kang Agus, bahwa rasa kebersamaan itulah yang akan menggiring kita kepada manusia yang lebih baik dan bermanfaat lagi. Besarnya rasa memiliki dan persahabatan baik yang kang Igoy dan kang Agus ini berdampak baik pula pada rekan-rekannya. Mereka bercerita tentang bagaimana mereka membantu rekan seangkatannya yang kehilangan pekerjaan, hingga dapat bangkit kembali dan jauh lebih sukses lagi saat ini. The power of networking.

Selanjutnya adalah sesi bersama angkatan 1999-2001, banyak kakak kelasku yang datang dan semuanya pria. Suasana talkshow yang agak menegangkan dirubah dengan duduk bersama alumni HMAN, pengurus HMAN, bahkan seluruh anggota HMAN lainnya. Entah mengapa saat itu esensi kekeluargaan yang sesungguhnya dari himpunan ini baru aku rasakan, diayomi dan benar-benar dianggap sebagai adik didalam keluarga. Adalah kang Boy, ketua HMAN tahun 2000 dengan kharismanya yang masih saja terpancar. Begitulah pria katanya makin tua makin jadi, aku setuju hal ini pada kang Boy dengan kharismanya yang ternyata juga tidak kalah kerennya dengan ketua HMAN sebelum-sebelumnya. Pada tahun beliau menjabat sebagai ketua, mars dan hymne HMAN pertama kali dibuat. Karya ini menjadikan HMAN sebagai himpunan pertama yang memiliki mars dan hymne pada saat itu. Tahun 2000, ditulis, direkam dan dicompose dalam kosannya, di Ciwaruga. Seisi ruangan terus tertawa, dengan canda dan kehangatan kang Boy beserta kawan-kawannya. Tidak hanya membangun suasana, kang Boy juga berpesan dan meyakinkan kami bahwa berhimpun lagi-lagi bukan sekedar ajang arogansi tapi juga adalah wadah untuk berkarya. Ia membuktikan bahwa organisasi memang dapat pula dijadikan fasilitas yang memang mampu mengakomodir bakat seni kawan-kawannya.

Hari itu dihabiskan seharian bersama HMAN dalam acara MEMORABLE. Acara ini berpengaruh cukup besar pada pandangan aku terhadap apa itu berhimpun, dengan perasaan saling memiliki. Bukan sekedar organisasi dengan berbagai acara yang selama ini aku rasakan, tapi lebih dalam daripada itu mengenai bagaimana menemukan pertemanan dan kekeluargaan untuk saling berbagi. Terimakasih kepada jajaran alumni juga HMAN keseluruhan, untuk cerita dan kebersamaannya selama ini yang cukup banyak mempengaruhi aku sebagai individu untuk lebih dewasa lagi.



Sekian dan semoga bermanfaat, have a good day!

Comments

Popular Posts